Kanker rahim? Mendengar kata ini, semua wanita di dunia pasti akan merasa ngeri. Bagaimana tidak? Kanker rahim adalah penyakit “pembunuh” yang tidak mudah dideteksi. Penyakit ini biasanya baru diketahui pada stadium lanjut.
Kanker rahim berbeda dengan kanker leher rahim (kanker serviks). Kanker serviks terdapat di daerah leher rahim. Sementara, kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium atau lapisan terdalam rahim. Kanker serviks disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Sedangkan, penyebab kanker rahim belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun, diduga penyebab kanker ini adalah meningkatnya kadar hormon estrogen di dalam tubuh.
Meskipun penyebab pasti kanker rahim belum diketahui, ada sejumlah faktor risiko yang memungkinkan seorang perempuan terkena kanker jenis ini.
Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Wanita yang tidak memiliki anak.
- Obesitas. Hal ini karena perempuan yang memiliki berat badan berlebih mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dalam tubuhnya.
- Pemakaian tamoksifen, biasanya digunakan untuk mengatasi kanker payudara.
- Wanita berusia 50 hingga 60 tahun.
- Wanita yang melakukan hubungan seks ketika usianya masih di bawah 20 tahun.
- Terapi sulih hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT). HRT adalah terapi yang bertujuan mencegah osteoporosis, mencegah resiko penyakit jantung serta stroke, dan mengatasi gejala-gejala menopause.
- Terdapat polip di endometrium.
Mengenali gejala-gejala kanker rahim akan membantu kita mendeteksi adanya penyakit ini lebih dini.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya muncul pada penderita kanker rahim:
- Perasaan ingin terus buang air kecil.
- Hilangnya nafsu makan.
- Lelah dan lemas yang berkepanjangan.
- Merasa sakit ketika berhubungan intim.
- Siklus menstruasi yang berubah.
- Gangguan pencernaan.
- Rasa sakit di sekitar pinggang atau panggul.
Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini.
- Mengindari mencuci vagina dengan antiseptik.
- Mengindari menaburkan bedak pada vagina.
- Mengindari rokok.
- Mengurangi konsumsi makanan berlemak.
- Menghindari makanan yang mengandung zat pemicu kanker (karsinogen).
- Rajin berolahraga.
- Secara teratur memeriksakan diri ke dokter.